BAYANGAN ITU!



KUMPULAN PUISI (Mukhaer Pakkanna)


BAYANGAN ITU!
Kutermangu dalam kesyahduan rindu, di atas onggokan batu prasasti,
Tertoreh makna, 7-12-1254 masehi,
Termangu, dihimpitan delta bibir pantai Boetta Toa,
Karesidenan Bontain, kampungkubuttayya ri bantayan..
Termangu, membisu menatap bayangan wajah jelita,
di dalam bayangan genangan hempasan gelombang air laut…

Kutatap wajah itu, telah menjulurkan senyum manis padaku,
Memberi aba untuk membelai derai rambut panjangnya,
Kedipan matanya mengirim tanda, butuh kehangatan
Namun, bahasa tubuhnya  lamat-lamat ditelan sepoi-sepoi dingin,
Ditutup bianglala hidup yang mengintip cemburu,
Disertai burung Gagak mematuk-matuk segerombalan ikan,
Membuyarkan tatapan syahduku


Tatkala bayangan itu menghantui lagi,
Sekejap kuberlari kencang kembali menyemberangi delta pantai itu,
 termangu membisu dan mengiba
Kuraba kelopak mataku, memaksa senyumnya kembali bersua
dalam derai bulir-bulir putih gelombang laut rindu
Tatkala percikan air gelombang menyembur wajahku,
ekstasi cinta, kurasakan nikmatnya

Bayangan itu, kembali lagi.
Laksana fatamorgana dlm horison kehidupan
Menghantui dan menginspirasi
Memalsu dan mencambuk,
Aba senyuman dan deraian rambutnya, pertanda
dunia butuh cinta dan damai dalam galaunya semesta

Sahabatku…
Mari menganyam nostalgia,
menatap menggapai dunia yang lebih beradab.


Cirendeu, 11 April 2013


PASAR
Semburat jingga merajut suasana pagi,
Bekapan dingin lamat-lamat terkuak dianyam sinar mentari,
Hilir mudik manusia meruapkan kesibukan
Sang pedagang siap menggelar dan menyahut

Segerombolan burung merpati menjadi saksi
Bercanda, berkicau di pelataran parkir Queen Victoria Market,
Menyunggingkan aura senyum menyambut kaum hawa
Menyimbolkan pasar tak pernah ingkar janji

Suasana bising menyelimut pasar
Suara gaduh transaksi menyembul
Canda dan keakraban menyatu adonan aroma
Mengingatkan nostalgia pasar di pelupuk mata kampung halaman

Pasar oh pasar..
Dikau bukan super mall, yang siap melumat si kecil
Dikau, tempat meneguhkan identitas budaya dan kearifan
Saling menyapa, membangkitkan asa percaya
Tak ada mesin transaksi modern melumat keakraban
Persaudaraan dan mosaik kedamaian terasa nan indah darimu…


Ciputat, April 2013


ABORIGIN
Kudekap negeriku,
Kuintip nusantara  nan indah
Kebersamaan menjiwa
Gemah ripah loh jinawi.

Tapi,
Gemuruh modernisasi mematah jauh,
Beriring kemilau menakjubkan mata
Membawa sekat  hidup yang pongah
Dipojok jauh tersekat negeri yg kudekap
Merintih dan membisu

Nusantaraku terasing dalam gemuruh,
Gemerincing bunyi mesin memekak
Kepulan asap gerbong industri mengangkasa,
Mekar semarak kehidupan yg abai,

Hidup nusantaraku teraborigin,
Dijadikan artefak dipertontonkan
Dikomersialisasi laksana kaum Mouri.
Kehidupan kian pongah
Menanti eksplosi yg dahsyat.


Auckland, NZ, 9-3-2013
Renungan di depan Museum Michael Joseph, Savage Memorial.


SEPI
Sumpek duniaku..gaduh negeriku, laksana lokap kehidupan
Dilaju fabrikasi keegoan,
Kemilau cahaya kebersamaan, dilumat tubuh
Roh abadi yang membatin, telah ditiup pergi
Semarak keserakahan, kekerasan, dan perebutan kuasa dipamer.
Dunia laksana diiris sembilu tak berujung.

Roh, segeralah mendekat kepangkuan pencipta-Mu.
Usirlah tubuh-tubuh yang mengejar keinginan,
yang tak pernah abadi.
Roh, bersemayamlah dalam kebutuhan batin yang ajeg.

Sepi.. bukan menyepi.
Nyepi, menuju pintu pembatinan.
Sejenak merenungi tubuh yang dirungkup keserakahan
Nyepi, berdialoglah dengan dirimu..
Berbicaralah dengan sepoi2 angin dan senandung burung merpati.
Semesta alam menunggumu dalam runtun cinta sejati.

Dalam sepi ada kearifan yang tidak beku.
Itulah ilmu.
Menunggu untuk membaca tanda-tanda alam
Sepi, sejenak membersihkan rongga-rongga kepalsuan
Menunggu pada keabadian sejati.


Selamat hari Nyepi bagi yang merayakan..
Bandara Soekarno-Hatta, 11-3-2013
(sambil menunggu jemputan dalam kesepian)


KEBAYA
Bunyi petasan memekak
Suara musik riuh  mengangkasa
Perempuan-perempuan ayu dgn kebaya dan selendangnya
Berlenggok menyusuri pematang sawah
Disambut semilir angin
Dengan senyuman burung bangau mengitari
Gemerincing air sungai pun menyapa
Menuju sebuah prosesi sakral di seberang dusun

Kebaya!
Dikau hanya dijadikan simbol dusun,
Hanya dijadikan simbol upacara
Dikau telah tersudut oleh medernisasi fashion
Dikau telah dieksploitasi dan kehilangan ruh karakter

Kebaya!
Dalam dirimu membatin pergolakan
Ada nasionalisme membuncah
Pernak-pernik, manik-manik, batik tulis bersulam sutera
Ada mozaik kearifan dalam dirimu

Kebaya!
Perempuan-perempuan ayu telah melupakanmu,
Demi modernisasi, seolah dikau telah disejajarkan oleh fosil sejarah
Beriring lumernya semangat kebangsaan

Bandara Soekarno-Hata, 3-3-2013

0 komentar:

Posting Komentar

Hubungi Kami

Kerukunan Keluarga Bantaeng - Jakarta

Alamat Sekretariat : Jl. Rawa Sari No.1 Jakrta Pusat - Indonesia

Alamat:

Jl. Rawa Sari No.1 Jakrta Pusat - Indonesia

Pelayanan Informasi:

senin s/d sabtu pukul 08.00 s/d 17.00 WIB

Telepon:

(021),.......